Minggu, 03 Juni 2012

Air Untuk Kehidupan ( Manusia dan Tanggung Jawab )


Air Merupakan bagian dari kehidupan yang sangat penting keberadaanya. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Sehingga tidak mungkin ada kehidupan dibumi ini jika tidak ada air. Namun air juga bisa menjadi malapetaka jika ketersediaannya tidak dalam kondisi yang benar. Air bersih tentu sangat didambakan oleh manusia, untuk bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Sekarang ini sudah susah rasanya untuk bisa mendapatkan air bersih, terutama di daerah perkotaan seperti Jakarta, Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, hal ini dikarenakan sudah banyak air yang sudah tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, air yang ada di negeri ini sudah jauh menurun.

Dari hari ke hari bila diperhatikan, semakin banyak berita-berita mengenai pencemaran air. Contohnya kasus pencemaran air kali di Surabaya. Air kali di Surabaya tercemar oleh berbagai limbah dari pabrik, namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti perusahaan atau pabrik mana yang bertanggung jawab atas hal ini. Namun sudah ada beberapa perusahaan yang diindikasikan telah membuat air kali di Surabaya tercemar, dugaan ini muncul setelah ditemukan instalasi Pengolahan Air Limbah pada pabrik tersebut tidak sesuai dengan standar yang ada. Beberapa perusahaan yang dicurigai diantaranya Pabrik Gula Gempol Kerep, PT. Tjiwi Kimia dan PT Alu Aksara Pertama dan PT Mandrim yang berada di Driyorejo Kab. Gresik.


Kali Yang Tercemar Di Surabaya



Selain contoh kasus diatas, masih banyak kasus serupa yang ada di Indonesia, bahkan di lingkungan sekitar kita saja, sering kita temukan air sungai atau kali yang kotor dan bau. Kalau sudah begini semakin susah saja kita mendapatkan air bersih. Sering kali kita menyalahkan pemerintah pusat maupun daerah yang harus bertanggung jawab. Padahal sebenarnya masalah lingkungan seperti ini merupakan tanggung jawab kita semua. Bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, seperti tidak membuang sampah di sungai atau kali.

Harus diakui untuk memperbaiki keadaan seperti ini memang sulit, dikarenakan kesadaran kita yang sepertinya memang kurang. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk dirubah, tapi bukan berarti tidak bisa, mungkin kita memang harus mencoba merubah kebiasaan buruk tersebut. Karena ini menyangkut kehidupan baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Kalau bukan kita yang bertanggung jawab, siapa lagi ?

sumber : http://www.surabayapost.co.id

             

Sabtu, 02 Juni 2012

Gelisah Setelah Lulus ( manusia dan kegelisahan )


Siapa yang tidak senang ketika mengetahui dirinya berhasil lulus dari perguruan tinggi ? Apalagi bila lulus dengan nilai IPK yang tinggi. Tapi sayangnya kegembiraan itu bisa jadi hanya sesaat. Sebabnya sederhana, hal ini disebabkan  banyak lulusan kuliah bingung dan gelisah bagaimana langkah yang harus mereka ambil selanjutnya. Mencari kerja pasti jawaban yang paling banyak terlontar dari para lulusan tersebut. Tapi sayangnya mencari kerja tidak semudah yang dibayangkan. Faktanya banyak lulusan perguruan tinggi baik diploma tiga maupun sarjana yang menganggur  karena kesulitan mencari pekerjaan.

Banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan kerja yang memadai menjadi penyebab utama hal ini Selain itu, persoalan terbatasnya informasi dan kualifikasi yang kurang memenuhi kompetensi juga menjadi pemicu utama mengapa penyerapan angkatan kerja, terutama jebolan dari perguruan tinggi sampai sekarang masih rendah. Tapi bukan karena itu saja, banyaknya persyaratan yang terkadang berbanding terbalik dengan gaji yang diterima. Hal ini bisa menyebabkan para lulusan itu merasa minder atau kurang percaya diri dengan kemampuannya. Seperti contohnya sebuah perusahaan yang mensyaratkan  jumlah nilai IPK yang tinggi agar bisa diterima dalam pekerjaan itu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang lulus dengan IPK yang pas-pasan atau rendah ? apa mereka tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja ? tentu sangat disayangkan bila kemampuan seseorang hanya dinilai dari besarnya nilai IPK yang mereka dapat. Dan hal inilah yang membuat banyak mahasiswa yang berpikir salah, banyak mahasiswa yang berpikir dengan mendapatkkan nilai IPK yang tinggi akan membuat mereka sukses.

Kurangnya skill atau kemampuan juga menjadi penyebab  banyaknya lulusan perguruan tinggi yang mengganggur. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti 
1.Kuliah karena terpaksa
Sudah bukan rahasia lagi, faktanya tidak sedikiit mahasiswa yang kuliah karena terpaksa. Hali ini yang membuat mereka cenderung malas atau tidak serius dalam kuliah.
2.Salah jurusan
Inilah yang banyak dialami oleh mahasiswa, terkadang jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Pihak perguruan tinggi juga sedikit banyak bertanggung jawab akan hal ini. Mereka seharusnya mencari tahu struktur kebutuhan pasar tenaga kerja sebagai acuan bagi pengembanagn kurikulum di perguruan tinggi. Dengan demikian, sarjana-sarjana yang dihasilkan bisa terserap oleh pasar tenaga kerja yang ada. Selama ini, pihak perguruan tinggi seolah tidak tahu-menahu dengan struktur kebutuhan pasar tenaga kerja. Selama ini pula, pihak perguruan tinggi terlalu beroriantasi akademik ketimbang menghasilkan tenaga profesi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Tapi yang paling penting adalah bagaimana pihak universitas mampu menggalakkan dan menumbuhkan semangat entrepreneurship di kalangan para mahasiswa sehingga ketika lulus nanti mereka bisa menjadi orang-orang yang mampu menciptakan lapangan kerja, bukan tergantung pada pasar tenaga kerja..

Kesimpulannya banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur bukan karena ketidakmampuan seorang lulusan tersebut. Tetapi lebih kepada banyaknya hal-hal yang menjadi pembatas yang sebenarnya bukanlah hal yang bisa dijadikan patokan untuk bisa bekerja. Mulailah merubah pola pikir dan kreatif dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.